Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta Tak Pernah Berubah

Kuliner

Ayam goreng kremes kering berpadu dengan sambal terasi yang tidak terlalu pedas dan sedikit manis, merupakan ciri khas Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta.

Kuliner legendaris sejak tahun 1972 ini sangat terkenal. Penikmatnya bukan hanya warga Jogja saja, wisatawan dari seluruh nusantara pun turut ikut merasakan lezatnya Ayam Goreng Suharti.

Sejak dulu hingga sekarang, cita rasa Ayam Goreng Suharti tidak pernah berubah. Menu makanan, cara penyajian hingga suasana restoran pun juga masih sama.

Menu Favorit Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta

Ayam gorengnya sangat kering. Bumbunya meresap sampai ke daging, rasanya gurih. Kremesnya juga garing dan sangat enak. Sambal terasinya tidak terlalu pedas dan sedikit manis.

Selama bertahun-tahun, favorit tamu-tamu kita adalah paket set menu.

Terlihat enak bukan? Paket ini untuk 1 orang.

Isinya sangat komplit. 1/2 ekor ayam goreng, sambal, soto ayam, lalapan, nasi putih, buah dan teh tawar hangat.

Dibandingkan dengan Desember 2003, paket set menunya tidak pernah berubah. Baik dari bentuk penyajian makanan maupun cara memotong buahnya.

Namun paket set menu tersebut saat ini November 2020 tidak tersedia, sudah sejak April 2020 lalu gara-gara pandemi.

Menu Sarapan Populer Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta

Nasi Rames sangat populer untuk sarapan wisatawan. Isinya ada ati ampela, abon, oseng buncis, krecek, sambal dan kerupuk. Cita rasa Jogjanya sangat terasa daripada sarapan di hotel.

Ayam Goreng Suharti buka mulai jam 08:00 hingga 21:00.

Sepuluh tahun berlalu, isi dan bentuk penyajian Nasi Rames juga masih sama. Best seller.

Ini perbandingan menu tahun 2003 dulu. Untuk harga sudah jauh berbeda namun jenis menunya tidak banyak yang berubah.

Selain menu ayam, ada beragam menu lain diantaranya gudeg, ikan gurameh, aneka sayur semacam asem, lodeh, cah kangkung. Ada pula nasi pecel, gado-gado dan masih banyak lagi.

Yang berbeda dengan dulu hanya ada beberapa tambahan menu seperti pepes, garang asem, botok, cap cay dan karedok.

Restoran Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta Nuansa Khas Jaman Dulu

Ada 2 pilihan ruang makan di Ayam Goreng Suharti.

Semi outdoor untuk area smoking di dekat pintu masuk.

Dan indoor resto non-smoking, sudah ber-AC meskipun tidak terlalu dingin.

Interior restoran Ayam Goreng Suharti masih mempertahankan nuansa klasik jaman dulu. Pilar bangunan berhias ukiran-ukiran serta tergantung foto-foto Ny. Suharti di dinding restoran.

Tidak jauh berbeda dengan interior tujuh belas tahun lalu bukan? Bahkan meja kaca dengan taplak meja birunya pun sama. Hanya desain kursinya saja yang berubah.

Dulu, setelah Anda duduk akan ada penjual koran atau majalah yang datang menawarkan dagangannya ke atas meja Anda. Sekarang masih tidak ya?

Papan Nama Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta Juga Punya Cerita

Papan nama Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta juga punya cerita tersendiri.

Anda bisa melihat papan namanya yang raksasa di pinggir jalan. Menggambarkan wajah Ny. Suharti yang berkonde dan mengenakan baju adat Jawa.

Papan nama Ayam Goreng Suharti sering-sering diganti. Tahun 2010 gambar Ny. Suharti terlihat berwarna. Ornamen yang menghiasi wajah Ny. Suharti sedikit berbeda.

Foto wajah Ny. Suharti beserta pigura yang menghiasi jauh berbeda dengan tahun 2003.

Lokasi Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto Yogyakarta

Rumah Makan Ayam Goreng Suharti Yogyakarta berlokasi di Jalan Adisucipto No.208 Yogyakarta. Letaknya tepat berada di pinggir jalan besar.

Tempat parkir Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto sangat luas, bisa menampung hingga puluhan bus.

Lihat, bangunan rumah makan Ayam Goreng Suharti pun juga tidak berubah bentuknya. Pohon besar di depan restoran masih tumbuh lebat.

Sekian tahun lamanya Ayam Goreng Suharti bisa menghadirkan suasana, menu dan juga cita rasa yang sama. Wajar jika banyak wisatawan yang kembali lagi ke rumah makan Ayam Goreng Suharti Laksda Adisucipto ini. Nuansa jaman dulunya membuat kita terasa seperti mampir ke rumah saudara.