Menantikan Kembali Euforia Upacara Grebeg Keraton Yogyakarta 2021

2020-10-26Kraton

Ingin mengikuti keceriaan upacara Grebeg Jogja? Tahun 2020 ini tidak diadakan, tapi kita boleh berharap bisa menyaksikannya tahun 2021 nanti.

Jadwal 2021

✔️ 13 Mei 2021
✔️ 20 Juli 2021
✔️ 19 Oktober 2021

Sumber Kalender : Keputusan Bersama Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 642 Tahun 2020, Nomor 4 Tahun 2020, dan Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2021, tanggal 10 September 2020

Sorotan utama acara tradisional upacara Grebeg adalah pameran kereta pusaka Kraton, pasukan prajurit Keraton Yogyakarta yang melakukan parade dari halaman Siti Hinggil, mereka mengiringi Gunungan Grebeg yang diusung para abdi dalem Kraton Jogja menuju Masjid Gedhe Kauman, kemudian saat masyarakat Jogja saling berebut rengginang dalam Gunungan ini.

Highlight

✔️ Gamelan dan Kereta Pusaka Kraton
✔️ Parade Prajurit Keraton Yogyakarta
✔️ Arak-Arakan Gunungan
✔️ Rebutan Rengginang

Upacara Grebeg Keraton Yogyakarta Diselenggarakan 3 Kali Setahun

Istilah Grebeg sendiri merupakan upacara saat keluarnya Sultan dari dalam istana bersama keluarga dan kerabat dalam rangka memberikan gunungan kepada rakyatnya. Peristiwa tersebut diibaratkan seperti bunyi embusan angin yang sangat keras, sehingga mengeluarkan suara grebeg..grebeg.

Dalam 1 tahun, upacara grebeg diadakan 3 kali berdasarkan momen Hari Besar Agama Islam.

  • Grebeg Syawal
  • Grebeg Besar
  • Grebeg Maulud

Tahun 2020 ini, ketiga acara Grebeg tersebut ditiadakan. Kraton Jogja hanya membagikan ubarampe Gunungan yang berupa rengginang sejumlah 2.700 buah kepada abdi dalem Keraton Yogyakarta, Puro Pakualaman dan Kepatihan saja.

Semoga saja kita bisa menyaksikannya upacara Grebeg pada tahun 2021 nanti. Setiap tahun tanggalnya akan maju 10 hari karena mengikuti kalender Jawa.

Grebeg Syawal bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri, dilaksanakan pada tanggal 1 Syawal untuk merayakan berakhirnya bulan puasa. Tahun 2021 nanti akan jatuh pada tanggal 13 Mei 2021.

Grebeg Besar diadakan pada Hari Raya Idul Adha atau pada tanggal 10 Dzulhijjah. Tahun 2021 diperingati tanggal 20 Juli 2021.

Sedangkan Grebeg Maulud diadakan untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12 Maulud (Rabiulawal). Dalam kalender Masehi 2021, jatuh pada 19 Oktober 2021 nanti.

Ingin informasi lebih lengkap mengenai tradisi acara Grebeg Maulud, silahkan buka halaman berikut :

Grebeg Maulud mempunyai rangkaian acara lain, yaitu sekaten atau acara pasar malam. Alun-Alun Utara akan dipenuhi wahana permainan warna-warni yang sangat meriah. Acara sekaten dilanjutkan dengan dibunyikannya 2 perangkat gamelan Keraton Yogyakarta selama 7 hari. Kemudian acara puncaknya adalah parade Grebeg Maulud. Jika tahun 2021 nanti diadakan kembali, pasar malam sekaten bisa Anda saksikan mulai 10 September 2021.

Grebeg Keraton Yogyakarta Diiringi Gamelan dan Memamerkan Kereta Pusaka

Mulainya arak-arakan upacara Grebeg setiap tahunnya berubah-ubah, terkadang mulai pukul 08:40 ada kalanya pukul 09:30. Sambil menunggu parade dimulai, Anda bisa mendengarkan gamelan yang dimainkan para abdi dalem Kraton.

Bisa juga sambil melihat-lihat koleksi kereta pusaka Kraton Jogja yang sangat istimewa. Ada 2 kereta pusaka Kraton yang dipamerkan, Kareta Kyai Jetayu dan Kareta Kyai Garudayaksa.

Kereta Kyai Jetayu

Kareta Kyai Jetayu namanya diambil dari seekor burung (sebangsa garuda) dalam legenda ramayana. Kereta pusaka ini dibuat di Yogyakarta tahun 1925-1931 dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Kereta Kyai Jetayu ini ditarik oleh 4 ekor kuda tanpa kusir, tapi dikendalikan oleh plaer yang duduk di atas kuda. Dahulu digunakan untuk Gladi bersih prajurit dan menyaksikan pacuan kuda di Balapan atau sekarang bernama Jalan Urip Sumoharjo.

Kareta Kyai Garudayaksa atau kareta kencana memiliki arti kendaraan burung matahari. Kereta pusaka milik Kraton Jogja ini dipesan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VI di Hermans & Co. Kota Denhaag sekitar tahun 1867-1869. Kereta Kyai Garudayaksa ditarik oleh 8 ekor kuda, digunakan setiap acara kebesaran seperti penobatan Sri Sultan HB VIII, IX dan X.

Ada juga abdi dalem yang menunggu pusaka-pusaka Kraton yang dipamerkan. Jika ada pertanyaan mengenai Grebeg atau budaya Jogja, Anda bisa berbincang dengan para abdi dalem Kraton Yogyakarta ini.

Oya, jika Anda tidak ingin berdiri dan panas-panasan saat menyaksikan upacara Grebeg, Anda bisa membeli tiket tempat duduk di loket pagelaran Kraton yang ada di Alun-Alun Utara. Tahun 2019 lalu tiket tempat duduk seharga Rp10.000.

Parade Prajurit Upacara Grebeg Keraton Yogyakarta

Upacara Grebeg diawali dengan Parade Prajurit Keraton Yogyakarta. Ada 10 kelompok prajurit atau bregada, yaitu Bregada Bugis, Bregada Surakarsa, Bregada Wirabraja, Bregada Dhaeng, Bregada Patangpuluh, Bregada Jagakarya, Bregada Prawiratama, Bregada Nyutra, Bregada Ketanggung, dan Bregada Mantrijero.

Bregada Kraton Yogyakarta dibagikan tergantung dari daerahnya masing-masing. Setiap bregada mempunyai Pandega atau komandan pasukan.

Bregada Bugis
Bregada Bugis
Bregada Surakarsa
Bregada Surakarsa
Bregada Wirabraja
Bregada Wirabraja
Bregada Dhaeng
Bregada Dhaeng
Bregada Patangpuluh
Bregada Patangpuluh
Bregada Jagakarya
Bregada Jagakarya
Bregada Prawiratama
Bregada Prawiratama
Bregada Nyutra
Bregada Nyutra
Bregada Ketanggung
Bregada Ketanggung
Bregada Mantrijero
Bregada Mantrijero

Para bregada keluar secara bertahap dari Siti Hinggil melewati Pagelaran Kraton dan menuju ke Alun-Alun Utara. Mereka membentuk formasi barisan yang khas dengan seragam lengkap kebesaran prajurit termasuk senjata khusus, panji-panji/bendera dan sambil memainkan alat musik.

Parade prajurit kemudian dilanjutkan oleh barisan panglima Keraton Jogja atau yang dikenal dengan Manggala Yudha.

Gunungan Grebeg Keraton Yogyakarta Diarak Para Abdi Dalem

Tradisi Grebeg sangatlah identik dengan keberadaan Gunungan yang dijadikan simbol kemakmuran Keraton Yogyakarta. Gunungan berupa makanan dalam jumlah besar dari berbagai hasil bumi yang disusun kerucut menyerupai gunung.

Gunungan keluar dari Siti Hinggil diusung oleh para abdi dalem Kraton. Kedatangan Gunungan di Alun-alun Utara disambut dengan tembakan serentak sejumlah senapan sebagai tanda penghormatan.

Kemudian seluruh bregada akan ikut mengiringi Gunungan menuju Kagungan Dalem Masjid Ageng Keraton Yogyakarta atau yang awam disebut Masjid Gedhe Kauman, untuk didoakan oleh penghulu masjid.

Terdapat 7 Gunungan yang diarak, lima diantaranya disedekahkan di halaman Masjid Gedhe Kauman, yaitu Gunungan Estri atau Putri, Gunungan Gepak, Gunungan Darat, Gunungan Pawuhan dan Gunungan Kakung. Dua gunungan lainnya, semuanya Gunungan Kakung, dibagikan masing-masing di Kepatihan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman.

Gunungan Kakung

Gunungan Kakung berbentuk kerucut setinggi 2 meter. Terdiri dari rangkaian kacang panjang, dihiasi cabe merah, cabe hijau dan kue ketan bulat (kucu). Diatasnya dikalungi dengan telur asin serta puncaknya ditancapi kue dari tepung beras yang berbentuk ikan. Ditambah pula hiasan telur rebus dan telur dadar.

Gunungan Kakung ini melambangkan diri Raja.

Gunungan Estri

Gunungan Estri atau Putri berbentuk kerucut terbalik. Isinya kue-kue ketan kecil yang berwarna-warni dengan berbagai bentuk, ada bulat (kucu), segiempat (upil-upilan) bintang (tlapukan) dan bundar (rengginang). Puncaknya (mustaka) berupa ketan hitam berbentuk wayang dan ilat-ilatan. Ada pula hiasan ketan merah berbentuk burung betet. Di dalam Gunungan Estri terdapat wajik dan tiwul yang tertutup pelepah pisang.

Gunungan Putri atau Estri melambangkan diri Permaisuri Raja.

Gunungan Dharat

Gunungan Dharat hampir menyerupai Gunungan Estri namun lebih pipih. Perbedaan pada bagian mustaka yang berwarna merah dan ilat-ilatan berwarna-warni.

Gunungan Dharat melambangkan diri Para Pangeran atau Putra Raja.

Gunungan Gepak terdiri dari 40 buah keranjang yang diisi kue-kue kecil berwarna-warni seperti jadah, wajik, lemper, bolu, apem, cucur, sagon, serabi, jenang, mendut dan aneka ragam roti. Di atas tumpukan dihiasi dengan buah-buahan. Kemudian gunungan gepak ditutup dengan sebuah kain. Gunungan Gepak ini tidak diperebutkan, hanya dibagikan untuk para petugas upacara Grebeg.

Gunungan Gepak melambangkan diri Putri Raja.

Gunungan Pawuhan

Gunungan Pawuhan bentuknya juga mirip dengan Gunungan Dharat namun lebih kecil dan mustakanya berupa bendera kecil berwarna putih.

Gunungan Pawuhan melambangkan diri para cucu Raja.

Ada satu gunungan spesial yang muncul setiap 8 tahun sekali, yaitu Gunungan Kutug atau Bromo. Gunungan Kutug isinya mirip dengan Gunungan Estri, aneka kue ketan warna-warni. Namun dipuncaknya diberi lubang dan muncul asap dari lubangnya.

Gunungan Kutug ini tidak dirayah untuk masayarakat, tetapi akan dibawa kembali ke dalam Kraton dan dibagikan kepada abdi dalem saja.

Gunungan Bromo terakhir muncul tanggal 1 Desember 2017 pada saat upacara Grebeg Maulud. Anda bisa menyaksikannya kembali tahun 2025, tepatnya 8 September 2025.

Jadi, ayo buat rencana berwisata ke Jogja tahun 2025 untuk menyaksikan Gunungan Bromo yang berkah ini.

Riuh Masyarakat Berebut Rengginang Gunungan Grebeg Keraton Yogyakarta

Setelah prosesi doa selesai, Gunungan Grebeg disambut oleh beberapa masyarakat yang hadir. Mereka berebut dan mengambil makanan apa saja yang tersusun dalam Gunungan. Filosofi berebut atau “ngrayah" ini menggambarkan bahwa untuk mencapai suatu tujuan, manusia harus “ngrayah" atau berusaha untuk mengambilnya.

Ada yang dibawa pulang untuk dijadikan hiasan di dalam rumah, karena masyarakat percaya bahwa jika mendapatkan hasil rebutan dari Gunungan tersebut akan membawa keberkahan. Ada juga yang meyakini bahwa jika ditanam di sawah akan menjadikan tanah dari sawah tersebut subur dengan harapan hasil panen akan menjadi lebih baik.

Anda boleh percaya boleh tidak. Jika ingin membuktikannya, Anda bisa mengikuti rebutan Gunungan ini di Masjid Gedhe Kauman Jogja.

Jadi, ayo segera rencanakan perjalanan Anda tahun 2021 ke Jogja!