Potret Wisata Kaliadem Pasca Erupsi Gunung Merapi 2006

Jelajah Alam

Berdasarkan data dari BPPTKG, bulan April dan Mei 2006, muncul tanda-tanda bahwa Gunung Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi.

Pada akhirnya 15 Mei 2006 terjadilah erupsi Gunung Merapi yang meluncurkan awan panas atau disebut Wedhus Gembel sejauh 5 km ke Kali Krasak, arah barat daya.

Setelah gempa menggoyang Jogja pada 27 Mei 2006, Gunung Merapi kembali meluncurkan awan panasnya pada 4 dan 8 Juni 2006. Awan panas mengubah arah luncuran ke Selatan menuju Kali Gendol pasca kubah Geger Boyo ambrol.

Tak berhenti disitu, awan panas besar kembali meluncur pada 14 Juni 2006 dan menelan dua orang korban jiwa dari tim SAR. Keduanya berada di dalam bunker Kaliadem dan tidak kuat menahan suhu dari awan panas ini.

Berikut adalah potret Kaliadem 20 Juli 2006 setelah erupsi Gunung Merapi Juni 2006.

Erupsi Gunung Merapi 2006, 2 Tim SAR Menjadi Korban di Dalam Bunker Kaliadem

Bunker Kaliadem difungsikan sebagai tempat berlindung dari ganasnya erupsi Gunung Merapi. Namun ketika luncuran awan panas menerjang 14 Juni 2006, Bunker Kaliadem tidak berfungsi secara maksimal. Tempat untuk memantau dan berlindung ini justru menelan korban jiwa.

Dua orang tim SAR yang berusaha bersembunyi untuk menyelamatkan diri dari luncuran awan panas Gunung Merapi, ikut terkubur bersama dengan Bunker Kaliadem. Keduanya tak kuasa menahan suhu panas Wedhus Gembel yang mencapai 350 derajat Celcius.

Ketebalan material vulkanik yang menyelimuti Bunker Kaliadem mencapai 4 meter. Suhu material di permukaan Bunker Kaliadem bahkan masih diatas 120 derajat Celcius ketika dibongkar pada 16 Juni 2006.

Kaliadem Luluh Lantak Oleh Luncuran Awan Panas Erupsi Gunung Merapi 2006

Setelah dinding kubah Merapi yang dikenal dengan nama “Geger Boyo" ambrol pada 4 Juni 2006, luncuran awan panas Gunung Merapi yang sebelumnya ke arah barat daya pun merubah arahnya ke selatan.

Awan panas besar pada 14 Juni 2006 meluncur dengan kecepatan maksimal 90 km/jam sejauh 7 km ke arah Kali Gendol. Sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem pun luluh lantak akibat terjangan awan panas ini.

Wisata Kaliadem yang biasanya hijau dan berhawa dingin pun berubah menjadi putih, panas, dengan pepohonan yang meranggas.

Bongkahan kerikil, pasir dan debu yang berasal dari hancuran kubah Gunung Merapi menghancurkan dan mengubur kawasan Kaliadem.

Material vulkanik Gunung Merapi tersebut menimbun hampir seluruh bagian warung-warung di Kaliadem. Padahal sebenarnya warung tersebut berada pada bukit.

Di sebelah barat Bunker Kaliadem terdapat objek wisata yang ikut terkena dampak abu erupsi Merapi 2006.

Gedung Bundar yang dibangun oleh Organisasi Pemerintahan Jepang atau disebut SABO pada tahun 2003-2004. Gedung Bundar ini difungsikan sebagai tempat acara pertemuan, seminar, pernikahan, pelatihan dan acara lainya. Pada Juli 2006 masih berdiri kokoh.

Batu besar berukuran panjang 5 meter yang keluar dari Gunung Merapi pada tahun 1006. Batu ini dinamakan Watu Gajah karena ukuran dan bentuk batu hampir menyerupai 2 ekor gajah yang sedang tidur.

Pada tahun 1996 di area Watu Gajah dibangun pagar. Orang jaman dulu percaya bahwa Watu Gajah merupakan tempat yang sakral. Pada Juli 2006, batu dan pagar Watu Gajah juga tampak masih berdiri di tempatnya.

Salah satu warga yang terimbas erupsi Merapi 2006 mulai menjajakan dagangannya di kawasan Kaliadem demi memulihkan perekonomiannya.

Kawasan lereng Merapi yang tidak terkena dampak terjangan Wedhus Gembel 2006, masih tampak segar menghijau.

Sejak 5 November 2020 Merapi dinaikkan statusnya menjadi Siaga level III. Dan hingga 27 November 2020 ini masih belum mengeluarkan semburan awan panasnya.

Menurut perkiraan dari para ahli, erupsi Merapi tahun 2020 menyerupai dengan erupsi tahun 2006. Namun mari kita tetap berharap agar Merapi tetap aman dan terkendali.