Keraton Kasunanan Surakarta, Melangkah Sejenak ke Dalam Istana Solo

Keraton Kasunanan Surakarta atau yang lebih dikenal dengan nama Keraton Solo, merupakan pusat dari pemerintahan kerajaan Surakarta di masa lalu dan menjadi cikal bakal kota Solo. Anda bisa menyaksikan aneka peninggalan bersejarah serta bangunan istana dengan arsitektur yang indah.
- 1. Keraton Kasunanan Surakarta Keistimewaan Koleksi dan Bangunan Istana
- 1.1. Art Gallery, Museum Kraton Kasunanan Surakarta
- 1.2. Sasana Hadrawina Tempat Perjamuan Makan Para Tamu Kraton Kasunanan
- 1.3. Pendhopo Ageng Sasana Sewaka
- 1.4. Pelataran Sri Manganti
- 1.5. Panggung Songgo Buwono Tempat Pertemuan Ratu Pantai Selatan
- 1.6. Mengunjungi Tempat Tinggal Paku Buwono XIII
- 1.7. Pamardi Putri Sekolah Kejuruan Kesatriyan Kraton Kasunanan Surakarta
- 1.8. Pendhopo Magangan Tempat Berlatih Para Prajurit Kasunanan Surakarta
- 2. Upacara Adat Kraton Kasunanan Surakarta
- 3. Sejarah Berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
- 4. Info Wisata Berkunjung ke Kraton Kasunanan Surakarta
Keraton Kasunanan Surakarta Keistimewaan Koleksi dan Bangunan Istana
Art Gallery, Museum Kraton Kasunanan Surakarta
Sebelum memasuki Kraton Kasunanan Surakarta, Anda akan disuguhi dengan kemewahan Museum Keraton Surakarta yang sekaligus menjadi pintu masuk utama. Museum Kraton Surakarta memiliki beragam koleksi seperti senjata, foto-foto raja, arca kuno, wayang, gamelan, diorama upacara adat, payung, kursi dan masih banyak lagi.
Anda juga bisa menemukan canthik (hiasan) dan dayung perahu Kyai Rajamala pada zaman Paku Buwono IV. Cantik dan dayung perahu Kraton Surakarta ini berukuran besar, dibuat dalam berbagai macam bentuk, seperti naga, bebek dan kepala raksasa. Konon, perahu tersebut kerap digunakan Paku Buwono IV untuk menemui Bupati Cakraningrat di Madura melewati Sungai Bengawan Solo.

Museum Kraton Surakarta juga memiliki koleksi kereta kuda milik Kyai Gerudo yang dibuat VOC sebagai persembahan untuk Paku Buwono II. Dua kereta jenazah pada masa Paku Buwono X juga ada di museum ini.
Setelah menyusuri sejarah Kraton Surakarta, Anda akan diajak masuk ke dalam Kraton melalui pintu besar yang bernama Kori Sri Manganti Kidul.
Sasana Hadrawina Tempat Perjamuan Makan Para Tamu Kraton Kasunanan
Sebuah joglo berdinding kayu dan kaca terletak di bagian paling selatan Kraton Surakarta. Joglo tersebut bernama Sasana Handrawina, dibangun pada masa Paku Buwono V tahun 1820-1823. Sasana Handrawina dahulu digunakan sebagai tempat perjamuan makan bagi para tamu Keraton Kasunanan. Patung-patung bergaya Eropa nampak mempesona menghiasi Sasana Handrawina.
Pendhopo Ageng Sasana Sewaka
Di sisi utara terdapat bangunan bernama Pendhopo Ageng Sasana Sewaka. Digunakan sebagai tempat berlangsungnya upacara-upacara adat Kraton Kasunanan. Tepat di tengah Pendhopo, terapit oleh 4 tiang soko guru, tergantung lampu kristal besar yang disebut Kyai Remeng.
Pelataran Sri Manganti
Pelataran Kraton Surakarta berupa tanah pasir yang diambil dari Pantai Selatan dan Gunung Merapi. Deretan pohon sawo kecik yang tumbuh di pelataran membuat suasana rindang dan asri. Pohon Sawo Kecik ini ditanam pada masa pemerintahan Paku Buwono X (1893-1939), setidaknya berjumlah 76 buah, konon merupakan sebuah ramalan tentang Kemerdekaan Republik Indonesia menurut hitungan Jawa.
Panggung Songgo Buwono Tempat Pertemuan Ratu Pantai Selatan
Di utara pelataran Kraton Surakarta, berdiri sebuah bangunan menara setinggi 30 meter bernama Panggung Songgo Buwono. Dibangun pada tahun 1708 Jawa oleh Paku Buwono III (1749-1788), bertujuan untuk tempat mengintai aktifitas di Benteng Vastenburg, markas kompeni Belanda pada saat itu.
Konon, dahulu juga dipergunakan oleh para Raja sebagai tempat bersemedi dan tempat pertemuan ghaib dengan Kanjeng Ratu Kencasari atau dikenal sebagai Kanjeng Ratu Pantai Selatan.
Mengunjungi Tempat Tinggal Paku Buwono XIII

Sasana Mulya, Sasana Narendro, dan Sasana Putro merupakan tempat tinggal resmi Paku Buwono XIII yang saat ini masih digunakan. Untuk masuk ke dalamnya, Anda akan menemukan pintu cadangan yang bernama Kori Talang Paten di Masjid Paromosono di Kampung Suronatan. Di sana terrdapat sebuah tempat bernama Gedhong Kreto yang merupakan tempat penyimpanan kereta Keraton Surakarta.
Pamardi Putri Sekolah Kejuruan Kesatriyan Kraton Kasunanan Surakarta
Bangunan kuno bergaya Indische di dalam Keraton Surakarta merupakan sebuah Sekolah Kejuruan Kesatriyan yang hingga kini masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Dahulu sekolah tersebut bernama Pamardi Putri, sekolah khusus putri Keraton Surakarta dan kerabatnya. Dibangung oleh Paku Buwono X pada tahun 1927.
Pendhopo Magangan Tempat Berlatih Para Prajurit Kasunanan Surakarta
Pendhopo Magangan merupakan salah satu kompleks Kraton Surakarta yang dilapisi 2 pintu besar dan tebal bernama Kori Gadhung Melati dan Kori Saloka. Pendopo magangan digunakan sebagai tempat berlatih para prajurit Kraton Kasunanan Surakarta. Terdapat pula peralatan khitan putra Raja, perlalatan membuat gunungan dan berbagai senjata keprajuritan.
Upacara Adat Kraton Kasunanan Surakarta

Upacara Kirab Pusaka Malam 1 Suro Kraton Kasunanan Surakarta
Setiap tahunnya, Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat selalu menggelar Kirab Mangayubagya Warsa Anyar 1 Suro, atau lebih dikenal dengan nama Kirab Pusaka Malam 1 Suro. Digelar dalam rangka menyambut tahun baru Islam tanggal 1 Muharram.
Para Bangsawan dan abdi dalem Karaton Surakarta Hadiningrat (Kraton Solo) akan membawa benda pusaka Kraton menjadi sajian khas dalam iring-iringan kirab yang biasa dilakukan dalam tradisi Malam Satu Suro.
Dalam perayaan malam satu Suro, terdapat hewan khas yakni kebo kyai Slamet. Kebo/Mahesa kyai Slamet menjadi salah satu daya tarik bagi warga yang menyaksikan perayaan malam satu Suro. Keikutsertaan kebo bule ini dianggap keramat oleh masyarakat Jawa.
Tradisi malam satu Suro menitikberatkan pada ketentraman batin dan keselamatan. Karenanya, pada malam satu Suro biasanya selalu diselingi dengan ritual pembacaan doa dari semua masyarakat Jawa yang hadir merayakannya. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan berkah dan menangkal datangnya marabahaya.
Upacara Grebeg Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Setiap tahun, Kraton Surakarta menggelar acara grebeg sebanyak 3 kali. Grebeg Fitri, Grebeg Besar, dan Grebeg Mulud. Grebeg Fitri diadakan untuk memperingati hari raya Idul Fitri, Grebeg Besar untuk memperingati hari raya Idul Adha dan Grebeg Mulud diadakan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad.
Sejarah Berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat

Pemberontakan pada tahun 1677, meruntuhkan Kesultanan Mataram dan Sunan Amral memindahkan ibukotanya di Kartasura. Pemberontakan terjadi kembali tahun 1740.
Paku Buwono II yang menyingkir ke wilayah Ponorogo, memutuskan untuk membangun sebuah istana baru di Desa Solo, sebagai ibukota Kerajaan Mataram yang baru. Paku Buwono II memerintahkan Tumenggung Mangkuyudha bersama tumenggung Hongowongso, juga komandan pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff,untuk mencari lokasi Karaton baru.
Pada tahun 1745 dibangunlah Kraton baru 20 km ke arah tenggara dari Kartosuro, tepatnya di Desa Sala, Pakubuwono membeli tanah seharga selaksa keping emas, guna membangun Karaton
Pusat pemerintahan baru ini di beri nama “Surakarta” Tanggal 20 Februari 1745, dengan secara resmi karaton Surakarta mulai ditempati.
Perjanjian Giyanti
Dengan adanya Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari 1755, menyebabkan pemerintahan Karaton Kasunanan yg berpusat di Surakarta, yang dipimpin oleh Pakubuwana III. Sedangkan pemerintahan Kasultanan Yogyakarta berpusat di Yogyakarta yang dipimpin oleh Sultan Hamengkubuwana I.
Kota dan Karaton Yogyakarta mulai dibangun pada awal 1755, dengan desain tata kota yang sama dengan Surakarta yang lebih dahulu dibangun. Dua tahun setelah Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat di bangun, Karaton Surakarta memperkecil wilayah dengan diberikannya daerah sebelah utara karaton Kasunanan kepada pihak Mangkunegoro I (Pangeran sambernyawa).
Perjanjian Salatiga
Perjanjian Salatiga dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 1757 dihadiri oleh S.I.S.K.Susuhunan Pakubuwono III, Sri Sultan Hamengkubuwono I, Raden Mas Said, dan Pihak V.O.C.
Perjanian Salatiga ini berisi :
- Karaton Kasunanan Surakarta menyerahkan sebagian wilayah kekuasaannya kepada R.M. Said.
- Karaton Kasultanan Yogyakarta menyerahkan wilayah Ngawen menjadi wilayah R.M. Said.
- R.M. Said mendirikan Kadipaten. Mangkunegaran dengan status Pangeran Miji
- R.M.Said menguasai wilayah Mangkunegaran dengan gelar Kangjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunagoro I.(Bukan Raja)
- R.M. Said berhak mendirikan rumah atau Pura ( bukan Karaton ).
- R.M. Said dilarang membuat singgasana (dhampar kencono).
- R.M.Said dilarang membuat alun alun dengan beringin kurung.
- RM Said dilarang membangun Sitihinggil.
Info Wisata Berkunjung ke Kraton Kasunanan Surakarta

Sejak 14 Maret 2020 Keraton Kasunanan ditutup untuk umum demi mencegah penyebaran virus Covid-19
Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Kraton Surakarta Hadiningrat 2020
Kraton Surakarta buka mulai jam 09:00 dan tutup jam 14:30. Khusus untuk hari Jumat, Kraton Surakarta tutup untuk umum. Untuk mengunjungi Keraton Kasunanan Anda akan dikenakan harga tiket masuk sebesar Rp15,000 per orang.
Lokasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat
Kraton Surakarta terletak di Baluwarti, Pasar Kliwon, Surakarta, Jawa Tengah. Kurang lebih 2 km dari Benteng Vastenburg Surakarta. Jika berangkat dari Yogyakarta tepatnya Malioboro, Anda bisa menjangkaunya selama 2 jam perjalanan.
Jika Anda ingin naik angkutan umum, Anda bisa naik kereta prameks dari Stasiun Tugu. Turun di Stasiun Purwosari atau Stasiun Balapan Solo kemudian naik bus umum dan turun di depan Kraton Surakarta.