Kompleks Inti Keraton Yogyakarta 2021, Tempat Tinggal HB X yang Merakyat

Sejak didirikan pada tahun 1756, Kraton Yogyakarta menjadi tempat tinggal Raja atau Sultan beserta keluarganya. Sri Sultan Hamengku Buwono X (1946-) yang saat ini bertakhta pun masih berdiam di Kraton Jogja ini.
Nah, untuk Anda yang baru pertama kali datang ke Kraton, masuk saja melalui pintu Tepas Pariwisata yang berada di Jalan Rotowijayan. Anda bisa melihat inti Kraton Jogja yang terdiri dari 3 kompleks, yaitu Kamandungan Lor, Sri Manganti dan Kedhaton.
Setiap kompleks mempunyai berbagai macam bangunan dengan nama dan fungsinya masing-masing. Mari kita simak lebih lanjut di bawah ini.
- 1. Kompleks Kamandungan Lor Keraton Yogyakarta 2021
- 2. Kompleks Sri Manganti Keraton Yogyakarta 2021
- 3. Kompleks Kedhaton Keraton Yogyakarta 2021
- 3.1. Bangsal Kencana
- 3.2. Gedhong Kuning atau Gedhong Jene
- 3.3. Gedhong Purworetno
- 3.4. Bangsal Kotak
- 3.5. Bangsal Mandalasana
- 3.6. Gedhong Gongso
- 3.7. Bangsal Manis
- 3.8. Regol Kemagangan
- 3.9. Gedhong Patehan
- 3.10. Gedhong Danartopuro
- 3.11. Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX
- 3.12. Gedhong Sarangbaya
- 3.13. Museum Kristal dan Keramik
- 3.14. Kompleks Kasatriyan
- 3.15. Museum Batik
- 3.16. Gedhong Parentah Hageng
Kompleks Kamandungan Lor Keraton Yogyakarta 2021

Memasuki Tepas Pariwisata Kraton Yogyakarta, Anda akan berjumpa halaman luas dengan pohon keben yang tumbuh besar disana. Halaman tersebut merupakan Kamandungan Lor. Sering juga disebut dengan Pelataran Keben.
Bangsal Ponconiti

Sebuah pendopo terletak di tengah halaman Kamandungan Lor. Pendopo tersebut adalah Bangsal Ponconiti. Dahulu dipergunakan sebagai tempat pengadilan di lingkungan kerajaan Kasultanan Ngayogyakarta.
Bangsal Ponconiti kini digunakan sebagai tempat menunggu para guide Kraton Yogyakarta yang akan menemani Anda selama berkeliling di dalam istana.
Upacara Topo Bisu Lampah Mubeng Beteng yang diadakan pada malam satu suro, diselenggarakan di Bangsal Ponconiti ini.
Regol Sri Manganti

Masuk ke dalam kompleks Sri Manganti, Anda akan melewati sebuah pintu gerbang yang dijaga abdi dalem di depannya. Regol Sri Manganti menghubungkan kompleks Kamandungan Lor dengan kompleks Sri Manganti.
Terdapat lambang Kalamakara terpasang di tembok pintu. Kalamakara merupakan simbol penolak bala.
Kompleks Sri Manganti Keraton Yogyakarta 2021

Dari arah utara memasuki pelataran Sri Manganti, Anda akan melihat 2 pendopo di kanan-kiri, barat-timur, dan gapura berwarna putih di tengah halaman.
Bangsal Sri Manganti

Bangsal Sri Manganti terletak di sebelah barat, Februari 2021 ini dalam tahap renovasi.

Sebelum pandemi, Bangsal Sri Manganti digunakan sebagai tempat kegiatan wisata, rutin diadakan pertunjukan tradisional.
Pertunjukan berbeda setiap harinya. Hari Selasa pertunjukan gamelan Jawa, Rabu wayang golek, Kamis wayang kulit, Jumat macapat, Sabtu dan Minggu tarian. Namun untuk sementara pertunjukan tersebut ditiadakan.
Bangsal Traju Mas

Bangsal Traju Mas berada di sebelah timur, digunakan sebagai tempat menyimpan gamelan Kyai Guntur Madu dan Kyai Naga Wilaga. Kedua gamelan tersebut yang akan dikeluarkan pada saat upacara Miyos Gongso dalam acara Sekaten.
Regol Donopratopo

Regol Donopratopo merupakan pintu gerbang yang menghubungkan kompleks Sri Manganti dengan kompleks Kedhaton. Regol Donopratopo dipugar pada tahun 1928.
Terdapat 2 arca di sisi kanan dan kiri Regol Donopratopo yang melambangkan penjaga istana atau Dwarapala. Arca sebelah kanan atau timur disebut Cingkorobolo yang melambangkan kebaikan, sedang sisi lainnya di sebelah barat disebut Boloupoto yang melambangkan kejahatan.
Kompleks Kedhaton Keraton Yogyakarta 2021

Kedhaton merupakan kompleks paling inti dari keseluruhan bangunan Kraton Jogja. Terdapat beberapa bangunan di dalam kompleks Kedhaton ini.
Bangsal Kencana

Bangunan terluas di sebelah selatan bernama Bangsal Kencana. Digunakan untuk menerima tamu-tamu agung atau tempat melangsungkan upacara-upacara adat Kraton Jogja.
Pada bagian depan bangsal terdapat tratag yang dipakai untuk pertunjukan tarian menyambut tamu-tamu agung Kraton Yogyakarta.

Berdiri sebuah gedung beratap tinggi di belakang Bangsal Kencana yang disebut Gedhong Pusaka atau nDalem Ageng Proboyekso. Tempat untuk menyimpan pusaka-pusaka, tahta Sultan, lambang Kraton Yogyakarta beserta benda keramat lainnya.
Gedhong Kuning atau Gedhong Jene

Di sebelah kanan Bangsal Kencana terdapat Gedhong Jene atau Gedung Kuning. Dahulu digunakan sebagai tempat tinggal Sri Sultan Hamengku Buwono I hingga IX.
Gedhong Jene kini digunakan sebagai tempat menerima tamu-tamu kenegaraan, misalnya para menteri. Sedangkan Sri Sultan Hamengku Buwono X tinggal di Kraton Kulon.
Gedhong Purworetno

Bangunan di sebelah utara bertolak punggung dengan Regol Donopratopo adalah Gedhong Purworetno, kantor pribadi Sri Sultan saat berada di Kraton. Sedangkan kantor resmi Gubernur berada di Kepatihan di Jalan Malioboro.
Bangsal Kotak

Bangsal kotak terletak di depan Bangsal Kencana. Digunakan untuk tempat beristirahat para penari sebelum menampilkan pertunjukan di Bangsal Kencana. Ada 2 bangsal kotak, sebelah barat untuk penari kakung atau laki-laki, dan sebelah timur untuk penari puteri atau perempuan.
Bangsal Mandalasana

Bangsal Mandalasana digunakan untuk tempat pertunjukan musik. Gamelan Kiyai Guntur Laut yang berusia 700 tahun dari Majapahit dimainkan di Bangsal Mandhalasana ini, khusus untuk menyambut tamu agung.

Arsitektur Bangsal Mandalasana ada pengaruh dari Eropa. Pada bagian atas Bangsal terdapat ornamen yang menggambarkan alat-alat atau instrumen musik.
Gedhong Gongso

Terdapat 2 bangunan kembar di sebelah timur kompleks Kedhaton, bernama Gedhong Gongso. Gedhong Gongso digunakan sebagai tempat untuk menyimpan gamelan.
Bangsal Manis

Bangsal Manis terletak di sebelah selatan Bangsal Kencana. Digunakan sebagai tempat perjamuan makan pada saat menyambut tamu, dan juga saat upacara-upacara adat Kraton Jogja.
Di dalamnya terdapat beberapa set gamelan yang dipakai untuk pertunjukan kesenian.

Terdapat ornamen yang menghiasi pintu masuk Bangsal Manis, menggambarkan kalender tahun Jawa waktu pembangunan bangsal. Ornamen tersebut dibaca Werdu Yaksa Naga Raja yang berarti tahun 1853 Jawa atau 1923 Masehi.
Bangunan di belakang Bangsal Manis merupakan kompleks Keputren, tempat tinggal putri-putri Sultan. Sedangkan tempat tinggal pangeran atau putra-putra Sultan, berada di kompleks Kasatriyan.

Di sudut sebelah barat, terdapat bangunan bernama Gedhong Sedahan yang digunakan untuk tempat menyimpan pakaian-pakaian tari, serta kantor abdi dalem Kraton Jogja.
Regol Kemagangan

Di ujung selatan kompleks Kedhaton, terdapat sebuah pintu gerbang bernama Regol Kemagangan. Di atasnya Anda akan melihat 2 naga berwarna hijau. Patung naga tersebut adalah Candrasengkala atau kalender tahun Jawa sama halnya di Bangsal Manis.
Menandakan tahun berdirinya Kraton Yogyakarta yang dibaca Dwi Naga Rasa Tunggal. Dwi lambang angka 2, Naga angka 8, Rasa angka 6 dan Tunggal angka 1, dibaca terbalik 1682 Jawa atau 1756 Masehi.
Gedhong Patehan

Gedhong Patehan berada di sebelah timur Bangsal Manis. Digunakan untuk tempat meramu atau meracik minuman teh yang disajikan untuk Sri Sultan setiap harinya. Upacara minum teh berlangsung pada pukul 06:00 pagi dan 11:00 siang.
Di depan Gedhong Patehan terdapat 2 tandu Jempana. Dahulu digunakan untuk pernikahan putra-putri Sultan. Pengantin duduk di dalam tandu dan diangkat oleh 30 orang kurang lebihnya.
Gedhong Danartopuro

Di samping kiri Gedhong Patehan terdapat Gedhong Danartopuro yang digunakan sebagai kantor keuangan.
Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Menuju kawasan di sebelah timur kompleks Kedhaton, Anda akan melewati gapura dengan lambang Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang menempel di temboknya.

Di belakangnya berdiri bangunan modern berdinding kaca bernama Gedhong Kaca yang digunakan khusus untuk menyimpan segala hal tentang Sri Sultan Hamengku Buwono IX (1912-1988).

Gedhong Kaca diresmikan pada tanggal 28 November 1993. Masuk ke dalamnya, Anda akan melihat atap bangunan yang dihiasi ornamen cantik berwarna keemasan.

Di tengah ruangan terdapat meja dan kursi yang dipergunakan Sri Sultan HB IX dan Letkol Soeharto dalam merumuskan strategi Serangan umum 1 Maret 1949.

Masuk ke ruangan dalam, Anda akan menyaksikan koleksi pribadi Sri Sultan Hamengku Buwono IX, misalnya pakaian, peralatan memasak, fotografi, lukisan Sri Sultan beserta replika ampilan dalem di sekelilingnya, koleksi foto semasa hidup hingga meninggalnya Sri Sultan, dan lain sebagainya.
Gedhong Sarangbaya

Keluar dari Museum Sri Sultan Hamengku Buwono IX, selanjutnya Anda akan bertemu dengan Gedhong Sarangboyo. Digunakan sebagai kantor Kawedanan Hageng Punokawan Puroyokoro atau kantor abdi dalem Kraton Jogja.
Museum Kristal dan Keramik

Menuju ke utara memasuki sebuah ruangan, Anda akan melihat koleksi cinderamata berupa lampu-lampu kristal dan juga keramik berupa guci serta piring.
Cinderamata tersebut diperoleh dari tamu-tamu kenegaraan pada masa Sri Sultan HB VI (1821-1877), Sri Sultan HB VII (1839-1921) dan Sri Sultan HB VIII (1880-1939). Ada yang dari Belanda, Italia, China, Jepang, dll.
Anda pun akan melihat sebuah lampu kristal unik berbentuk tanduk kerbau, hadiah dari negara Afrika. Serta lampu cantik bermotif polkadot berwarna bir, produksi dari negara Perancis.
Kompleks Kasatriyan

Kompleks Kasatriyan merupakan tempat tinggal putra-putra Raja yang sudah berusia 12 tahun. Namun saat ini Kasatriyan tidak dihuni karena Sri Sultan Hamengku Buwono X tidak memiliki putra.
Sebagai gantinya, kompleks Kasatriyan kini digunakan untuk menyimpan lukisan-lukisan Sri Sultan Hamengku Buwono karya Raden Saleh. Sayangnya Februari 2021 museum lukisan dalam tahap renovasi.

Di bagian depan gedung Kasatriyan terdapat bedug dan juga kentongan. Bedug dahulu digunakan sebagai tanda bagi umat Islam sebelum bersembahyang. Bedug yang ada di Kraton Yogyakarta ini terbuat dari kulit kerbau, dan kini sudah berusia 200 tahun.

Kentongan sendiri dibunyikan sebagai tanda bahaya, terbuat dari pohon atau kayu nangka. Kentongan tersebut peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII.
Museum Batik

Di ujung utara terdapat sebuah museum batik. Namun Anda tidak diperbolehkan mengambil foto maupun video di dalamnya. Bertujuan agar hasil karya batik tidak ditiru dan dikomersilkan.
Di depan pintu masuk, Anda bisa menyaksikan ibu-ibu abdi dalem puteri yang sedang melakukan demonstrasi membatik.
Tersimpan koleksi kain batik, topeng batik, foto-foto pemakaian kain batik, bahan dan alat membatik, sepeda tua alat pengangkut batik yang dipakai dari masa Sri Sultan HB VIII hingga X.

Anda akan menjumpai sejumlah motif batik yang dipakai dalam upacara-upacara karaton. Diantaranya, yaitu grompol, barong, cuwiri, batik nitik, gringsing, semen, kawung dan lain-lain. Batik Kraton Yogya memiliki ciri khas warna utama, yaitu putih, hitam dan coklat.
Koleksi batik yang dipamerkan merupakan hibah dari keluarga Sri Sultan serta pengusaha dan pecinta batik di Yogyakarta.
Gedhong Parentah Hageng

Keluar dari Museum Batik Anda akan kembali menuju ke halaman tengah kompleks Kedhaton. Di sebelah utara terdapat Gedhong Parentah Hageng yang saat ini digunakan sebagai Gedung Pameran peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono II (1750-1828).
Nah, banyak sekali ya bangunan-bangunannya. Kraton Yogyakarta sendiri memiliki luas 14 hektar. Masih ada lagi bagian-bagian Kraton Yogyakarta selain 3 kompleks di atas yang bisa Anda kunjungi.
Kraton Jogja sangat kental akan budayanya. Tidak hanya sekedar obyek wisata, terdapat nilai filosofis dan historis yang terkandung di dalamnya. Anda dapat menjalani kehidupan ini sesuai dengan filosofi yang ada.