Makam Raja-Raja Mataram Kotagede, Wisata Ziarah Berbusana Adat Jawa

Travel

Adik-adik pernah mengunjungi Makam Raja-Raja Mataram di Kotagede? Makam tersebut bisa dikatakan situs peninggalan kerajaan Mataram tertua di Yogyakarta.

Makam Kotagede adalah tempat dikebumikannya;

  • Raja Pertama Mataram Islam
    Panembahan Senopati 1584-1601
  • Raja Kedua Mataram Islam
    Panembahan Hanyakrawati 1570-1631
  • Ayah Panembahan Senopati
    Ki Ageng Pemanahan 1501-1584
  • Raja Pajang
    Sultan Hadiwijaya 1549-1582
  • Raja Yogyakarta
    Sri Sultan Hamengkubuwono II 1750-1828
  • Keluarga dan kerabat raja

Menariknya, ziarah ke Makam Kotagede adik-adik perlu menggunakan busana adat Jawa.

Tidak seperti makam-makam pada umumnya, Makam Raja Mataram Kotagede ini diberikan pagar berlapis-lapis. Adik-adik setidaknya perlu melewati 3 gapura untuk sampai ke area makam utama.

Bentuk gapura makam kotagede ini menarik sekali, hampir mirip pura-pura yang ada di Bali. Penasaran seperti apa? Adik-adik bisa melihat foto-fotonya berikut ini.

Denah Kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede

Menurut sejarahnya, Kotagede adalah kota pertama yang berdiri di wilayah Yogyakarta atau lebih tepatnya wilayah kekuasaan kerajaan Mataram Islam.

Makam tempat bersemayam pendiri dan raja-raja awal Mataram Islam ini, berdiri tidak lama setelah pemukiman pertama di Kotagede berkembang, yaitu tahun 1589.

Kompleks Makam Raja-Raja Mataram terletak 6 km ke arah Timur atau berkendara selama 20 menit dari Kraton Yogyakarta.

Dari jalan raya, adik-adik perlu melewati perkampungan warga dan Masjid Gede Mataram Kotagede dulu sebelum masuk ke kompleks makam.

Terdapat 627 makam di dalam Makam Kotagede tersebut, 81 makam diantaranya merupakan makam kokoh.

Halaman Pertama Kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede Yogyakarta

Di sebelah selatan Masjid Gede Mataram Kotagede, adik-adik akan menemukan sebuah gapura paduraksa. Gapura inilah yang menjadi pintu masuk menuju kompleks makam raja dan tokoh-tokoh pendiri Kerajaan Mataram Islam. Mirip seperti pura di Bali bukan?

Sebuah tanda terukir pada tembok kelir di belakang pintu, ditulis dengan ejaan lama. Tulisan tersebut menyebutkan bahwa Panembahan Senopati bertahta di Kerajaan Mataram pada 1509 tahun Jimawal atau 1579 Masehi. Wafat dan disemayamkan di Kotagede pada 1532 tahun Ehe atau 1601 Masehi.

Halaman peratama di belakang tembok kelir adik-adik akan melihat Bangsal Duda, tempat berjaga para Abdi Dalem Keraton Yogyakarta dan Kasultanan Surakarta yang bergilir menjaga Makam Kotagede.

Bangsal Duda didirikan pada tahun 1644 oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma, cucu Panembahan Senopati.

Halaman Kedua Kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede Yogyakarta

Selanjutnya adik-adik akan menemukan gapura paduraksa kedua, begitu pula dengan tembok kelirnya.

Tidak ada tulisan terukir di tembok kelir ini, hanya berupa hiasan-hiasan ukiran.

Halaman kedua di belakang tembok kelir, terdapat 4 buah pendopo yang digunakan untuk tempat berganti pakaian dan menunggu giliran berziarah.

Di sebelah kiri adik-adik akan melihat bapak-bapak duduk di pendopo tertutup. Bapak-bapak yang memakai jarik ini adalah Abdi Dalem. Abdi Dalem adalah orang yang bekerja pada raja-raja Kraton.

Pendopo tertutup tersebut digunakan sebagai kantor kesektretariatan sekaligus tempat berganti pakaian untuk peziarah laki-laki.

Untuk apa berganti pakaian? Untuk menghormati para raja-raja, adik-adik diharuskan mengenakan busana adat Jawa.

Busana adat Jawa seperti apa? Busana peziarah laki-laki berupa jarik, surjan dan blangkon.

Jarik adalah kain batik yang digunakan sebagai penutup kaki, surjan adalah kain lurik yang digunakan sebagai baju, dan blangkon digunakan sebagai topi.

Adik-adik bisa menyewa busana adat Jawa di bagian sekretariat ini.

Kalau ibu adik-adik hobi instagram, bisa minta dibelikan di Malioboro atau Pasar Beringharjo. Selain digunakan untuk masuk makam Kotagede, bisa untuk foto-foto di tempat wisata lain di Jogja.

Dijadikan sebagai kenang-kenangan juga bagus bukan?

Untuk peziarah perempuan, busana adat Jawa berupa jarik dan kemben. Kemben adalah kain batik untuk menutup dada.

Tempat berganti pakaian untuk peziarah perempuan ada di pendopo tertutup berhadapan dengan kantor sekretariat.

Di sebelah pendopo tertutup, adik-adik akan melihat 2 buah pendopo terbuka. Pendopo tersebut digunakan untuk menunggu giliran berziarah.

Sebuah tulisan menempel pada tiang pendopo sebelah kanan, berbunyi “Bangsal Pengapit Ler" dalam bahasa Indonesia berarti Bangsal Pendamping Utara.

Pendopo kecil ini merupakan “Bangsal kagem para Putri" dengan kata lain digunakan sebagai tempat istirahat bagi para perempuan.

Pada balok kayu bangsal ada lukisan foto Raja Kasunanan Surakarta, Pakubuwono X di sebelah kiri dan Pakubuwono XI di sebelah kanan.

Pakubuwono X naik tahta pada 30 Maret 1893 dan mendapat gelar Sunan Penutup atau Raja Besar Surakarta yang terakhir. Pakubuwono X wafat pada 20 Februari 1939.

Di sebelahnya, Pakubuwono XI dinobatkan pada 26 April 1939 dan wafat pada 1 Juni 1945.

Di dalam bangsal terdapat payung dan bendera merah putih, serta jagrak atau tempat menaruh tombak.

Pendopo di sebelah kiri adalah “Bangsal Pengapit Kidul" atau Bangsal Pendamping Selatan dalam bahasa Indonesia. Digunakan untuk peristirahatan peziarah laki-laki.

Pada balok kayunya terdapat foto dua orang pelopor Kerajaan Mataram Islam. Ki Ageng Pemanahan di sebelah kiri, dan Panembahan Senopati di sebelah kanan.

Ki Ageng Pemanahan adalah ayah dari Panembahan Senopati, beliau wafat pada tahun 1584.

Sama halnya dengan Bangsal Pengapit Ler, terdapat payung dan bendera merah putih serta jagrak atau tempat menaruh tombak di dalamnya.

Halaman Ketiga Kompleks Makam Raja-Raja Mataram Kotagede Yogyakarta

Di sebelah Barat antara 4 pendopo di atas, adik-adik akan menemukan gapura paduraksa ketiga. Di balik gerbang yang kokoh itu, terdapat banyak nisan yang merupakan pesarean Raja-Raja Mataram Islam dan keluarganya.

Adik-adik diperbolehkan masuk ke dalam makam utama pada hari tertentu saja. Yaitu hari Minggu, Senin, Kamis pukul 10:00 hingga 13:00, dan hari Jumat pukul 13:00 hingga 16:00.

Halaman ketiga ini merupakan area paling disakralkan. Jadi adik-adik diharuskan melepas alas kaki saat masuk area makam, dan dilarang keras mengambil foto selama di dalam area makam.

Di dalamnya terdapat 3 bangsal. Masing-masing bangsal disemayamkan jasad sebagai berikut;

Bangsal Prabayaksa
Ada 73 makam dari marmer putih, diantaranya adalah makam;
– Panembahan Senopati
– Panembahan Sedo Krapyak
– Sri Sultan Hamengku Buwana II
– Paku Alam I, II, III, dan IV
– Ki Ageng Mangir

Bangsal Witana
Terdapat 15 makam, diantaranya adalah makam;
– Ki Ageng Pemanahan
– Ki Juru Mertani

Bangsal Tajug
Terdapat 3 makam;
– Nyai Ageng Nis (istri Ki Ageng Pemanahan)
– Panembahan Jayaprana
– Datuk Palembang

Makam Raja-Raja Mataram Kotagede ini sekarang sudah tertutup, artinya tidak ada lagi makam baru untuk para keluarga Kraton Jogja maupun Surakarta.

Bagaimana adik-adik, ingin berziarah sendiri kesana? Kalau sedang berwisata ke Jogja, ajak keluarga mampir ke Makam Raja-Raja Kotagede.