Museum Radya Pustaka, Museum Tertua di Indonesia

Museum Radya Pustaka menyimpan berbagai benda kuno yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi, seperti keris, gamelan, arca dari batu maupun perunggu, wayang kulit, keramik, baju adat dan masih banyak lainnya. Ada pula hadiah pemberian dari Kaisar Perancis, serta terdapat perpustakaan yang menyimpan buku-buku kesusateraan baik dalam bahasa Jawa kuno ataupun bahasa Belanda.
- 1. Koleksi Museum Radya Pustaka yang Mempunyai Nilai Sejarah Tinggi
- 1.1. Orgel Kuno dan Piala Porselen Hadiah Kaisar Napoleon Bonaparte
- 1.2. Mistisnya Canthik Perahu Rajamala Museum Radya Pustaka
- 1.3. Arca Hindu-Budha dan Prasasti Kuno
- 1.4. Aneka Wayang, Senjata Tradisional dan Keramik
- 1.5. Naskah Kuno Jawa dan Belanda Perpustakaan Radya Pustaka
- 1.6. Pawukon, Horoskop Unik Versi Jawa
- 1.7. Gamelan Ageng Radya Pustaka
- 1.8. Aneka Miniatur Museum Radya Pustaka
- 1.9. Pakaian Adat Jawa Keraton
- 2. Sejarah Berdirinya Museum Radya Pustaka
- 3. Info Berkunjung ke Museum Radya Pustaka
Koleksi Museum Radya Pustaka yang Mempunyai Nilai Sejarah Tinggi
Memasuki halaman depan Museum Radya Pustaka, Anda akan menjumpai patung Raden Ngabehi Ronggowarsito yang diresmikan pada tahun 1953 oleh Presiden Republik Indonesia Pertama, Ir. Soekarno. Raden Ronggowarsito merupakan Pujangga Kraton Surakarta dari abad ke-19. Bisa jadi pengumpulan benda-benda yang ada di museum dilakukan oleh Ronggowarsito.
Orgel Kuno dan Piala Porselen Hadiah Kaisar Napoleon Bonaparte

Kerajaan Mataram mempunyai hubungan erat dengan Kekaisaran Perancis. Bahkan ikut budaya kekaisaran asal Eropa turut mempengaruhi desain dan ornamen bangunan Keraton Surakarta.
Salah satu bukti hubungan tersebut adalah hadiah pemberian Kaisar Napoelon Bonaparte pada tahun 1811 saat ulang tahun Sunan Paku Bowono IV. Hadiah tersebut berupa orgel buatan Perancis yang berhiaskan bunga-bunga dan seekor burung kecil tertancap diatasnya.
Selain orgel, piala porselen pun nampak di ruang keramik yang juga merupakan pemberian dari Kaisar Napoelon Bonaparte.
Mistisnya Canthik Perahu Rajamala Museum Radya Pustaka

Terdapat satu ruangan kecil yang agak gelap di ruang belakang Museum Radya Pustaka. Di dalamnya tersimpan Canthik Perahu Rajamala, hiasan pada haluan dan buritan perahu Rajamala yang dibuat oleh Raden Mas Sugandi putra mahkota Paku Bowono IV. Canthik terbuat dari kayu jati yang berasal dari hutan Donoloyo, hutan khusus Kraton Surakarta.
Aura mistis akan langsung Anda rasakan saat melihat Canthik Perahu Rajamala ini. Konon katanya, patung kepala Rajamala ini tidak mau dipindahkan dari Museum Radya Pustaka.
Raden Rajamala adalah seorang tokoh pewayangan berupa raksasa air yang memiliki kesaktian dan tak terkalahkan. Matanya melotot, rambutnya tebal, hidungnya menjorok ke depan disertai kumis tebal dan mempunyai sepasang taring.
Perahu Rajamala sendiri digunakan sebagai alat transportasi air bagi permaisuri Paku Buwono IV jika ingin pulang ke Madura, rutenya melalui Sungai Bengawan Solo. Berukuran besar sekitar 58,9 m x 6,5 m. Salah satu bukti kebesarannya adalah dayung perahu dengan panjang 6,6 m yang kini tersimpan di Museum Kraton Surakarta.
Arca Hindu-Budha dan Prasasti Kuno
Pada teras atau pintu masuk Museum Radya Pustaka, Anda akan disambut oleh beberapa arca batu yang kondisinya sudah tidak utuh. Arca tersebut merupakan Arca Ganesha, Siwa Mahadewa, Durga Mahisasuramardhini dan Kartikeya. Anda juga akan menemukan koleksi arca lain di dalam museum, setidaknya Museum Radya Pustaka menyimpan 173 arca kuno.
Selain arca, terdapat juga beberapa prasasti, seperti Prasasti Mantyasih, Prasasti Kasugihan, dan yang tertua Prasasti Warutunggal (Kurunan). Semua prasasti ditulis dengan bahasa Jawa Kuno.
Aneka Wayang, Senjata Tradisional dan Keramik
Terpajang beberapa wayang di Museum Radya Pustaka, diantaranya Wayang Beber, Wayang Golek Menak, Wayang Kulit, Wayang Klithik, Wayang Purwa, Wayang Madya, dan lain sebagainya. Ada pula cerita adegan Wayang Gedhong yang cukup menarik untuk disimak. Wayang-wayang tersebut berjejer dengan rapi dan sangat cantik.
Dipamerkan pula alat-alat persenjataan jaman dahulu seperti pedang dari berbagai daerah dan tombak dengan nama dan fungsi yang berbeda-beda. Selain itu, ada pula keris dan pisau belati tersusun dengan rapi di dalam almari kaca.
Beragam keramik turut melengkapi koleksi Museum Radya Pustaka. Beberapa gelas, mangkuk, piring serta guci kuno bisa Anda saksikan di ruang keramik. Piala porselin Napoleon Bonaparte pun bisa Anda temukan di dalamnya.
Naskah Kuno Jawa dan Belanda Perpustakaan Radya Pustaka
Makna Radya Pustaka adalah Perpustakaan Kraton atau Negara, diambil dari kata Radya yang berarti Keraton atau negara dan Pustaka yang berarti perpustakaan.
Perpustakaan Radya Pustaka menyimpan naskah-naskah dari Kraton hasil karya Raja Jawa dan para pujangga abad 17-19. Lebih dari 400 naskah kuno, beberapa diantaranya tertulis dengan aksara Jawa dan juga bahasa Belanda.
Naskah-naskah kuno dibuat dari bahan kertas Eropa sehingga mudah rapuh, bahkan beberapa di antaranya sudah robek. Naskah tersebut disimpan di dalam almari yang terkunci, tidak sembarangan orang bisa membaca dan menyentuhnya. Namun jangan khawatir, saat ini pengelola museum sedang mengadakan digitalisasi untuk naskah kuno tersebut agar bisa diakses banyak orang.
Pawukon, Horoskop Unik Versi Jawa

Anda mungkin sudah mengenal sistem astrologi berdasarkan zodiak atau shio. Jika di Barat Anda mengenal zodiak Aries, Gemini, Libra, Leo, dll. Di China Anda mengenal shio Monyet, Ayam, Kelinci, Ular dan sebagainya.
Di Jawa juga ada sistem horoskop bernama Pawukon. Dibandingkan zodiac dan shio yang hanya terdiri dari 12 karakter, Pawukon Jawa lebih banyak dan lengkap, sejumlah 30 wuku. Ada Wuku Sungsang, Kuningan, Galungan, Langkir dan sebagainya. Selain bisa menebak watak, kondisi fisik, karakter berdasarkan tanggal lahir, Anda juga akan mengetahui jenis pantangan yang harus dihindari serta nasib Anda di masa mendatang.
Gamelan Ageng Radya Pustaka

Ruangan paling luas terletak paling belakang di Museum Radya Pustaka. Tepat di tengahnya, tersusun rapi seperangkat alat gamelan Gamelan Ageng Radya Pustaka yang saat ini masih sering digunakan untuk pertunjukan wayang.
Usia gamelan lebih dari 100 tahun, peninggalan dari KRA Sosrodiningrat IV. Jika hendak ditabuh, biasanya Gamelan Ageng Radya Pustaka akan melalui tahap ritual dan pemberian sesaji terlebih dahulu.
Aneka Miniatur Museum Radya Pustaka
Anda juga bisa menyaksikan miniatur Makam Imogiri yang tidak lain adalah makam raja-raja Surakarta dan Yogyakarta. Tak kalah menariknya, terhampar miniatur Masjid Demak yang dulunya didirikan Raden Patah bersama Wali Songo. Berdiri tegak pula miniatur Panggung Sangga Buwana yang hingga sekarang masih dianggap sakral karena dipakai pertapaan para raja untuk berkomunikasi dengan Ratu Pantai Selatan. Bangunan Panggung Sangga Buwana bisa Anda jumpai di Keraton Surakarta.
Pakaian Adat Jawa Keraton
Anda akan melihat 8 manekin yang berdiri tegak dengan pakaian beskap sebagai busana adat keraton. Pakaian beskap itu terdiri atas beskap atela, beskap krowok, beskap landhung, beskap sikepan, beskap takwa, beskap krowok dan beskap langen harjan. Beberapa jenis beskap tersebut memiliki fungsi masing-masing yang dikenakan oleh orang-orang tertentu. Seperti beskap takwa yang khusus digunakan untuk seorang raja.
Disampingnya terpajang beberapa helai jarit batik dengan berbagai motif disertai maknanya. Seperti motif Wahyu Tumurun, Truntum, Parang Kusuma dan Sida Wirasat.
Berjajar dengan helaian batik yang dipajang, terdapat Joli Jempono atau tandu sebagai tempat duduk bangsawan terdahulu. Terdapat pula Kremun, mirip minimatur rumah-rumahan yang sebenarnya adalah tempat duduk puteri bangsawan saat bepergian yang diangkat oleh dua orang atau lebih.
Sejarah Berdirinya Museum Radya Pustaka

Museum Radya Pustaka Surakarta merupakan museum tertua di Indonesia. Dibangun pada tanggal 28 Oktober 1890 oleh Kanjeng Adipati Sosrodiningratan IV, Pepatih Dalem pada masa pemerintahan Paku Buwono IX dan Paku Buwono X.
Museum Radya Pustaka awalnya dibangun di Ndalem Kepatihan, kemudian pada 1 Januari 1913 dipindahkan ke lokasinya sekarang yang berada di Jalan Slamet Riyadi, Surakarta.
Gedung Museum Radya Pustaka bergaya arsitektur kolonial yang mendapatkan pengaruh bangunan Jawa, dikenal sebagai Loji Kadipolo. Dahulu merupakan rumah kediaman seorang warga Belanda bernama Johannes Busselaar, kemudian dibeli oleh Sunan Paku Buwono X dan diserahkan kepada Yayasan Paheman Radyapustaka Surakarta.
Arca di Museum Radya Pustaka Hilang Diganti Dengan Replika
Pada tahun 2006 Museum Radya Pustaka sempat kehilangan beberapa koleksinya. Koleksi asli yang hilang telah ditukar dengan replika. Koleksi tersebut diantaranya arca batu pada abad ke-4 dan ke-9 Masehi yang dijual kepada pihak lain dengan harga puluhan hingga ratusan juta rupiah per buahnya.
Setelah melalui proses panjang, sebagian dari koleksi yang hilang tersebut bisa ditemukan kembali. Dan tersangka utamanya adalah Kepala Museum Radya Pustaka.
Museum Radya Pustaka Terkendala Masalah Keuangan
Pada April 2016, Museum Radya Pustaka sempat tutup selama berhari-hari. Dikarenakan para karyawan yang bekerja di museum tidak mendapatkan gaji. Walaupun Museum Radya Pustaka sebenarnya mendapatkan pemasukan namun tidak mencukupi. Bahkan untuk membayar listrik pun kurang.
Info Berkunjung ke Museum Radya Pustaka

Jam Buka dan Harga Tiket Masuk Museum Radya Pustaka 2020
Museum Radya Pustaka beroperasi mulai pukul 09:00 hingga 15:00. Khusus pada hari Senin, Museum Radya Pustaka tutup untuk pembersihan dan perawatan.
Anda tidak akan dikenakan biaya tiket masuk sama sekali untuk menjelajahi segala yang ada di Museum Radya Pustaka. Seorang Guide akan menemani Anda mempelajari seluruh koleksi museum, mereka ada para pegawai museum atau terkadang peserta magang dari sekolah menengah maupun perguruan tinggi.
Lokasi Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka terletak di jalan utama kota Solo, yaitu di Jalan Brigjen Slamet Riyadi No.275 Surakarta, Jawa Tengah. Letak museum berada di sisi Selatan berdampingan dengan Taman Sriwedari. Anda bisa menempuhnya dari kota Yogyakarta selama 2 jam perjalanan dengan kendaraan pribadi.
Jika naik angkutan umum, Anda bisa naik kereta prameks dari Stasiun Tugu dengan jurusan Yogyakarta-Balapan Solo. Turun di Stasiun Purwosari atau Stasiun Balapan dan naik angkutan umum. Anda juga bisa jalan kaki sejauh 2 km atau kurang lebih 30 menit dari Stasiun Purwosari.
Tentunya menggunakan kendaraan pribadi akan jauh lebih nyaman daripada naik angkutan umum bukan? Anda pun bisa mengunjungi tempat wisata lain di Solo dengan leluasa. Jika Anda membutuhkan sewa mobil dari Jogja, silahkan cek halaman rental mobil kami disini.
Rental Mobil Jogja