Pagelaran & Siti Hinggil Lor Kraton Yogyakarta, Wajah Istana Sri Sultan HB X

Kraton Yogyakarta merupakan istana Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang berdiri pada tahun 1756 setelah perjanjian Giyanti. Kraton secara resmi menjadi bagian dari Negara Republik Indonesia pada tahun 1950 dengan memiliki otonomi sebagai Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kompleks Pagelaran adalah wajah Kraton Yogyakarta yang tersambung dengan Alun-Alun Utara, digunakan untuk upacara-upacara resmi Kraton. Di dalam kompleks Pagelaran berdiri bangsal-bangsal yang mempunyai fungsi masing-masing. Mari kita lihat seperti apa di dalamnya.
Kompleks Pagelaran Kraton Yogyakarta

Kompleks Pagelaran merupakan kompleks pertama yang berada tepat di selatan Alun-Alun Utara.
Bangsal Pagelaran

Bangsal Pagelaran merupakan bangunan utama Kraton Yogyakarta. Digunakan sebagai tempat diselenggarakannya upacara Grebeg saat hari besar Islam, yaitu Idul Fitri, Idul Adha dan Maulud Nabi.
Sebelumnya, digunakan sebagai tempat menunggu tamu-tamu untuk menghadap Sri Sultan. Bangsal Pagelaran juga pernah digunakan sebagai gedung perkuliahan Universitas Gadjah Mada pada tahun 1949-1970, untuk fakultas Kedokteran, Hukum, Sosial Politik, Ekonomi, dan Pertanian.
Awalnya Pagelaran mempunyai tiang 63 buah yang terbuat dari bambu. Kemudian 4 buah diantaranya diganti dengan 8 pilar besar sebagai tanda bahwa Bangsal Pagelaran disempurnakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwana VIII.

Pagelaran Kraton Yogyakarta ini menghadap ke arah utara. Di atas gerbang pagelaran sisi utara, terlihat hiasan relief bergambar 5 lebah yang melingkar di atas seekor buaya. Relief tersebut merupakan Condrosengkolo yang berbunyi “Ponco Gono Saliro Tunggal", berarti tahun Jawa 1865.
Bagian atas gerbang sisi selatan juga dihiasi relief bergambar 4 senjata trisula bertangkai menjadi 1 dan dilingkari bunga yang menjalar. Relief tersebut adalah Suryosengkolo yang dibaca “Catur Trisulo Kembang Loto", berarti tahun Masehi 1934.
Condrosengkolo dan Suryosengkolo di atas adalah tahun disempurnakannya Pagelaran Kraton Yogyakarta oleh Sri Sultan HB VIII.
Bangsal Pemandengan

Terdapat 2 buah pendopo di kanan dan kiri Bangsal Pagelaran yang disebut Bangsal Pemandengan. Bangsal di sebelah barat kini difungsikan sebagai tempat penjualan souvenir Kraton Jogja. Ada baju lurik, blangkon, pin atau bros lambang Kraton, wayang golek, stiker, gelas, gelang dan souvenir-souvenir lainnya. Sedangkan Bangsal Pemandengan sisi timur kosong.
Dahulu Bangsal Pemandengan digunakan oleh Sri Sultan beserta pimpinan prajurit untuk menyaksikan jalannya latihan berkuda dan latihan perang di Alun-Alun Utara.
Bangsal Pengapit

Ada pula 2 buah pendopo besar beratap susun dengan dinding kaca di kanan dan kiri Pagelaran, yang disebut Bangsal Pengapit atau Bangsal Pasewakan.
Di dalamnya Anda bisa melihat diorama peragaan busana adat Kraton Yogyakarta. Busana yang digunakan saat upacara khitanan, perkawinan agung, busana sehari-hari, busana prajurit Kraton, dan lain-lain.
Bangsal Pengapit dahulu digunakan para Senopati perang dalam menerima perintah-perintah Sri Sultan atau menunggu giliran untuk menyampaikan pesan kepada Sultan.
Bangsal Pengrawit

Bangsal Pengrawit digunakan oleh Sri Sultan untuk melantik seorang Patih atau wakil Raja. Ada 2 buah bangsal kecil yang masing-masing terdapat sebuah selogilang atau batu pualam semacam marmer, sebagai tempat singgasana Sri Sultan dan Putera Mahkota.
Hanya Sri Sultan HB I hingga VIII saja yang memiliki patih. Sedangkan Sri Sultan HB IX dan X tidak punya.

Di halaman belakang kompleks Pagelaran terdapat relief-relief yang dibuat pada tahun 1978. Relief timur menggambarkan perjuangan Sri Sultan HB I atau Pangeran Mangkubumi sang pendiri Kraton Yogyakarta, dan relief sebelah barat menggambarkan perjuangan Sri Sultan HB IX sejak penjajahan Belanda hingga penyerahan Kedaulatan.
Bangsal Pacikeran

Sebelum memasuki kompleks Siti Hinggil, Anda akan bertemu 2 bangsal kecil di sebelah kanan dan kiri yang disebut Bangsal Pacikeran. Dahulu dipergunakan sebagai tempat duduk abdi dalem Singonegoro dan Mertolulut, abdi dalem yang menjabat sebagai algojo Kraton.
Kompleks Siti Hinggil Kraton Yogyakarta

Siti Hinggil memiliki arti tanah yang tinggi. Maka kompleks bangunannya pun dibuat lebih tinggi daripada kompleks lain yang ada di Kraton Yogyakarta.
Tarub Agung
Setelah Anda menaiki tangga, terdapat bangunan Tarub Agung yang digunakan sebagai tempat untuk memanggil. Cobalah mengucapkan halo dengan lantang maka suara Anda akan terdengar menggema.
Tarub Agung juga digunakan para pembesar-pembesar yang menanti rombongannya untuk bersama-sama masuk ke Kraton.
Bangsal Kori

Di sebelah kanan dan kiri dari Tarub Agung, terdapat 2 joglo bernama Bangsal Kori. Digunakan sebagai tempat untuk abdi dalem Gandek, abdi dalem yang bertugas menyampaikan permohonan rakyat kepada Sri Sultan.
Bangsal Agung Siti Hinggil

Siti Hinggil dipergunakan sebagai tempat penobatan Sri Sultan Keraton Kasultanan Yogyakarta, serta tempat diselenggarakannya Pisowanan Agung yaitu acara bertemunya rakyat dengan Sri Sultan.
Pada tanggal 17 Desember 1949, bangsal Siti Hinggil pernah digunakan sebagai tempat pelantikan Ir. Soekarno sebagai presiden Republik Indonesia.
Bangsal Siti Hinggil dulunya beratapkan anyaman bambu, kemudian disempurnakan oleh Sri Sultan HB VIII pada tahun 1926, ditandai dengan Condrosengkolo dan Suryosengkolo pada bagian atas pintu bangsal.

Pada bagian luar terdapat tulisan aksara Jawa yang berbunyi “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Ingkang Jumeneng Kaping Wolu".
Di bawahnya terdapat hiasan relief Condosengkolo bergambar dua ekor naga yang saling membelakangi. Dalam bahasa Jawa dibaca “Pandito Cokronogo Wani", artinya tahun Jawa 1857.
Sedangkan bagian atas dalam bangsal Siti Hinggil terdapat Suryosengkolo bergambar kedua tangan yang menggenggam tangkai kembang, dibaca “Gono Asto Kembang Loto" berarti tahun Masehi 1926.
Bangsal Manguntur Tangkil

Pendopo di bagian tengah bangsal Siti Hinggil juga mempunyai nama sendiri yang disebut Bangsal Manguntur Tangkil. Di sinilah Sri Sultan akan duduk. Di dalamnya terdapat replika Dampar Kencana atau singgasana Sultan.
Bangsal Witono

Di belakang Bangsal Manguntur Tangkil, berdiri Bangsal Witono yang menjadi tempat pusaka utama Kraton Jogja pada saat dilangsungkannya penobatan Raja, dan juga pada waktu upacara Grebeg Mulud tahun Dal (8 tahun sekali).
Bangsal Bale Angun-Angun

Pada sisi barat Bangsal Siti Hinggil, berdiri Bangsal Angun-Angun dimana tersimpan pusaka Kraton berwujud tombak yang bernama Kanjeng Kyai Sura Angun-Angun. Tombak tersebut dahulu digunakan untuk membunuh hewan-hewan buas.
Bangsal Balebang

Sedangkan bangsal yang ada pada sisi timur bernama Bangsal Balebang, untuk menyimpan gamelan pusaka sekaten Kyai Gunturmadu dan Kyai Nagawilaga.
Bangsal Tambahan Fakultas UGM

Di halaman belakang Bangsal Siti Hinggil terdapat 2 bangsal tambahan yang dahulu dipakai sebagai tempat perkuliahan mahasiswa UGM.

Bangsal di sebelah barat kini diisi dengan satu set perangkat gamelan yang dibunyikan saat upacara khitanan. Ada pula diorama yang menggambarkan Gladi Watangan atau latihan perang di Alun-Alun Utara serta diorama Gunungan pada saat upacara Grebeg.

Di dalam bangsal Anda bisa melihat wajah-wajah Sri Sultan melalui lukisan-lukisan yang terpajang, mulai dari Sri Sultan HB IV hingga Sri Sultan HB X. Anda bisa mengetahui masing-masing gelar Sri Sultan, nama kecilnya, tanggal lahirnya, tanggal naik tahta, tanggal wafat, tempat dimakamkan, serta jumlah putra.
Bangsal di sebelah timur terpajang foto kereta-kereta milik Kraton yang disimpan di Museum Kareta Karaton Yogyakarta. Di setiap foto terdapat keterangan nama kereta dan juga fungsinya.
Di tengah ruangan bangsal Anda bisa melihat kendaraan pemadam kebakaran jaman dulu.
Di bangsal timur ini diperlihatkan juga foto-foto gunungan saat upacara grebeg, kostum tongkat dan tameng para prajurit, serta upil-upilan atau ketan warna-warni yang dipakai sebagai hiasan gunungan Grebeg.
Regol Brajanala

Melewati tembok tebal dan tinggi yang disebut Renteng Mentok Baturono, Anda akan bertemu dengan pintu Gerbang Brojonolo, yang menghubungkan halaman Siti Hinggil Lor dengan Kemandungan Lor.

Pintu Gerbang Brojonolo hanya dibuka 3 kali dalam setahun pada saat upacara Grebeg. Gunungan yang diiringi dengan tampilnya seluruh Bregodo atau prajurit Kraton, keluar melalui pintu Gerbang Brojonolo ini.

Pintu gerbang Regol Brojonolo dari halaman Kemandungan Lor, dibuka saat upacara Grebeg.
7 Kompleks Kraton Yogyakarta

Kraton Jogja mempunyai luas 14 hektar, membentang dari Alun-Alun Utara hingga Alun-Alun Selatan dan terbagi menjadi 7 kompleks. Kompleks Pagelaran & Siti Hinggil Lor, Kamandungan Lor, Sri Manganti, Kedhaton, Kamagangan, Kamandungan Kidul serta Siti Hinggil Kidul.
Pembahasan mengenai kompleks selanjutnya, Anda bisa membaca artikel di bawah ini,
Keraton Yogyakarta tak hanya menyimpan keindahan di dalamnya namun dari segi konsep bangunan terdapat makna-makna tersendiri. Berkunjung ke Jogja Anda pasti akan merasa tidak lengkap jika belum melangkahkan kaki masuk ke dalam Kraton Yogyakarta.