Sendang Seliran Kotagede, Kolam Pemandian Peziarah Makam Raja-Raja Mataram

Travel

Sedang berwisata di area Makam Raja-Raja Mataram Kotagede, di sebelah barat daya Anda akan menemukan Sendang Seliran, sebuah tempat pemandian yang kini masih digunakan para peziarah makam ataupun warga sekitar Kotagede.

Sendang Seliran akan ramai dikunjungi pada hari-hari tertentu. Misalnya pada saat malam Jumat Kliwon, satu hari menjelang Ramadhan yang digunakan untuk Padusan, ataupun saat acara membersihkan Sendang atau yang dikenal dengan 'Nawu Sendang’.

Jaman modern sekarang hampir mendekati 5G, keberkahan dari air sendang masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Jawa. Mereka antusias berziarah di Makam Raja. Dipercaya pula mitos lele putih suci yang menyelimutinya.

Penasaran seperti apa kebenarannya? Mari kita saksikan di bawah ini.

Sendang Kakung atau Sendang Seliran Lanang Tempat Mandi Peziarah Laki-Laki

Sendang Seliran konturnya lebih rendah dibandingkan area makam. Setelah melewati gapura, Anda perlu menuruni undak-undakan terlebih dahulu untuk sampai di area sendang.

Sendang Seliran terbagi menjadi 2 bagian, yaitu Sendang Kakung untuk laki-laki di sebelah barat dan Sendang Putri untuk perempuan di sebelah selatan.

Sendang Kakung atau Sendang Seliran Lanang tempatnya cukup terbuka. Anda bisa langsung melihatnya di sebelah kanan setelah menuruni tangga gapura.

Sendangnya berbentuk bak seperti kamar mandi dan bersekatkan sebuah tembok. Bak tersebut terhubung dengan kolam beratap yang berisi berbagai jenis ikan, salah satunya ikan lele putih.

Menurut berbagai sumber, air kolam Sendang Kakung berasal dari kompleks Makam Raja-Raja Mataram.

Di samping kolam Sendang Kakung terdapat sebuah sumur. Air sumur tidak pernah kering meskipun musim kemarau sekalipun.

Saat dilongok, permukaan air tak sampai 1 meter dengan kedalaman 3-5 meter, cukup diambil dengan gayung tanpa perlu ditimba.

Di sebelah utara sendang, Anda akan menemukan makam 'bulus’ atau kura-kura bernama Kyai Dhudha. Kura-kura tersebut adalah binatang keramat mantan penghuni Sendang Putri. Ia berwarna kuning keputihan dan hanya memiliki 3 buah kaki. Dahulu ditemukan oleh seorang nelayan di Pantai Samas pada tahun 1973.

Bulus Kiai Dhudha mati pada tahun 1987. Untuk mengenang keberadaannya, dibuatlah patung kura-kura di atas makamnya.

Sendang Putri atau Sendang Seliran Wadhon Tempat Mandi Peziarah Wanita

Sendang Putri atau Sendang Seliran Wadhon tempatnya lebih tertutup dibandingkan Sendang Kakung. Pintu masuknya dibatasi dengan tembok kelir.

Berbeda dengan Sendang Kakung, terdapat sebuah bilik yang menutupi bak mandi Sendang Putri.

Bak mandi tersebut juga terhubung dengan sebuah kolam ikan yang dinaungi atap.

Air kolam Sendang Putri konon berasal dari bawah pohon beringin bernama Ringin Sepuh, terletak di depan pintu gerbang menuju kompleks pemakaman.

Sebuah gayung tersedia di dalam bilik yang digunakan untuk mengambil air dari kolam.

Para peziarah biasanya menabur bunga dan membakar kemenyan di tempat yang sudah disediakan, sehingga samar-samar tercium aroma dupa dan semerbak bunga.

Di area Sendang Putri terdapat sebuah bangsal bernama Bangsal Kencur. Digunakan sebagai tempat beristirahat setelah mandi.

Selain Sendang Kakung dan Sendang Putri, di luar sebelah barat tembok Makam Raja Kotagede juga terdapat sebuah sumber air bernama Sumber Kemuning. Konon, sumber air tersebut muncul saat senjata Kanjeng Sunan Kalijaga ditusukkan ke tanah.

Kini, mata air dari Sumber Kemuning dimanfaatkan oleh penduduk sekitar Makam Kotagede untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Asal Usul Nama Sendang Seliran dan Mitos Ikan Lele

Berdasarkan pada papan informasi di Sendang Seliran, asal muasal nama Sendang Seliran adalah karena sendang tersebut dikerjakan sendiri atau istilah dalam bahasa Jawa 'diselirani’, oleh Ki Ageng Pemanahan dan Panembahan Senopati.

Ada pula yang berpendapat karena air kolam sendang berasal dari makam Panembahan Senopati. Selira juga memiliki arti badan atau tubuh.

Terdapat mitos menarik dari Sendang Seliran. Bagi peziarah yang mampu melihat Kiai Reges Truno Lele, seekor ikan lele keramat yang hanya memiliki kepala dan tulang saja, maka doa peziarah tersebut akan terkabul.

Ikan lele albino memang menjadi peliharaan khusus Sendang Seliran. Menurut keterangan juru kunci, lele albino yang ada di kolam sendang sekarang adalah anakan dari Kiai Reges Truno Lele.

Apabila ada lele albino yang mati, ia pun diperlakukan secara khusus. Penguburan diperlakukan layaknya manusia, menggunakan kain kafan juga. Tempat penguburannya pun jadi satu dalam kompleks Makam Raja-Raja Mataram.

Terdapat 3 Jenis Tradisi Mandi di Sendang Seliran Kotagede

Sendang Seliran ramai dikunjungi para peziarah saat hari-hari tertentu.

  • Malam Jumat Kliwon
  • Upacara Nawu Sendang
  • Padusan

Pada malam Jumat Kliwon, setelah mandi di Sendang Seliran masyarakat kemudian melakukan ziarah di Makam Raja-Raja Mataram Kotagede. Mereka percaya dengan mandi dan berziarah akan membuat harapan mereka terkabul. Malam Jumat Kliwon tiba setiap 35 hari sekali, dan tahun 2020 ini terakhir jatuh pada 25 Desember 2020.

Nawu Sendang merupakan upacara adat tahunan dalam rangka menguras atau membersihkan Sendang Seliran, yang dilakukan oleh para Abdi Dalem Kraton. Nawu Sendang diiringi dengan kirab budaya di Masjid Gedhe Mataram Kotagede. Upacara terakhir kali diadakan pada 15 Maret 2020 lalu. Untuk tahun 2021 nanti masih belum direncanakan.

Padusan merupakan tradisi masyarakat Jawa untuk menyucikan diri dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan. Pada 1 hari menjelang puasa, mereka akan mandi di sumur-sumur atau sumber mata air, salah satunya Sendang Seliran. Untuk tahun 2021 nanti jatuh pada tanggal 12 April 2021.

Nah, ingin menyaksikan secara langsung Sendang Seliran? Sekaligus mandi dengan air suci? Warga sekitar Kotagede sangat welcome menyambut kedatangan Anda. Bisa jadi Anda pun akan ikut mendapatkan keberkahan sambil berwisata di Kotagede Yogyakarta.