Setengah Hari Kotagede, Jalan Kaki Menyusuri Rute Rahasia Situs Kuno

2020-12-05Travel

Anda sudah pernah ke Kotagede Jogja? Walaupun sudah pernah, Kotagede tidak hanya soal kerajinan perak saja. Cobalah berjalan kaki menyusuri gang-gang sempitnya.

Kotagede kental dengan sejarah dan kenangan masa lampau. Ketika menapakkan kaki disana, Anda seakan berada dalam mesin waktu yang membawa kembali ke tahun 1700-an, dengan berbagai situs kuno zaman dulu.

Dalam waktu 4 jam, Anda bisa menikmati suasana khas Kotagede yang tidak bisa Anda rasakan jika hanya melalui jendela mobil.

Berikut ini rute rahasia yang begitu spesial untuk berjalan kaki.

Pasar Legi Kotagede Mampir Membeli Camilan

20 min

Starting point adalah dari Pasar Legi Kotagede. Anda bisa naik Grabcar. Seandainya berangkat dari Malioboro, perjalanan memakan waktu selama 20 menit.

Pasar Legi Kotagede menjadi titik pertama perjalanan Anda. Singgah sebentar untuk membeli jajan pasar khas Kotagede seperti Yangko, Keripik Bayam, Kue Kembang Waru, Gethuk atau Legomoro.

Pasar Legi Kotagede merupakan pasar tradisional tertua di Jogja yang masih tetap aktif hingga sekarang, sudah berdiri sejak abad ke-16 sebelum Kerajaan Mataram Islam. Dahulu Pasar Legi lebih dikenal dengan nama Pasar Gede.

Ada 5 hari dalam kalender Jawa, yaitu Legi, Pahing, Pon, Wage dan Kliwon. Disebut dengan Pasar Legi, karena dulu aktivitas jual beli di pasar hanya ada setiap hari Legi saja.

Meskipun sudah mengalami beberapa kali renovasi, namun gaya arsitektural Belanda dan posisi Pasar Legi Kotagede tidak berubah sama sekali. Toko-toko kelontong di sudut Pasar Legi Kotagede ini juga masih mempertahankan bangunan jaman dulu.

4 min, 350 m

Masjid Gede Mataram Kotagede

10 min

Masjid Gede Mataram menjadi rute berikutnya. Letaknya 350 meter ke selatan atau jalan kaki selama 4 menit dari Pasar Kotagede.

Masjid Gede berada di tengah-tengah permukiman warga dan dikelilingi tembok batu bata berarsitektur Islam-Hindu setinggi 2,5 meter.

Akses utama menuju bagian dalam masjid dibatasi tembok rendah dengan dua buah pilar berstruktur bata. Di bagian atasnya terdapat hiasan kaligrafi dan dua angka tahun, yakni 1856 dan 1926. Pilar tersebut disebut dengan Kuncungan.

Masjid Gede Mataram dikelilingi dengan kolam kecil, bertujuan untuk menjaga kebersihan dan batas suci dari tempat ibadah.

Serambi masjid ditopang oleh 8 tiang saka. Bentuknya pun tak menyerupai bangunan masjid pada umumnya. Lebih mirip pendopo dan memiliki atap berbentuk limasan.

Sejak dibangun tahun 1640, Masjid Gede Mataram sudah mengalami beberapa kali renovasi dan penambahan.

1 min, 9 m

Makam Raja-Raja Mataram Kotagede

30 min

Masih di dalam kompleks Masjid Gede, selanjutnya Anda bisa berkunjung ke Makam Raja-Raja Mataram yang berada di sebelah selatan Masjid.

Antara masjid dan makam juga dibatasi dengan tembok batu bata. Untuk sampai makam utama, Anda perlu melewati 3 Gapura Paduraksa.

Makam utama dibuka pada hari tertentu saja, yaitu hari Minggu, Senin, Kamis pukul 10:00-13:00 dan Jumat pukul 13:00-16:00.

Untuk berziarah ke dalam makam utama, Anda perlu mengenakan pakaian tradisional adat Jawa dan melepas alas kaki.

1 min, 9 m

Sendang Seliran Kotagede

15 min

Setelah berziarah, kunjungan selanjutnya adalah Sendang Seliran yang berada dalam satu wilayah dengan pemakaman. Letaknya di sebelah barat daya.

Anda diijinkan mandi di Sendang Seliran ini jika mau. Sekedar mencuci muka pun juga boleh.

Biasanya Sendang Seliran ramai dikunjungi saat malam Jumat Kliwon.

3 min, 250 m

Between Two Gates Kotagede

30 min

Keluar dari kompleks Sendang, rute selanjutnya menuju Between Two Gates.

Anda akan memasuki sebuah gang sempit dan melihat sembilan bangunan berarsitektur Joglo yang saling menyambung. Bangunan khas Jawa tersebut sudah ada dari 1840 dan merupakan bagian dari Alun-alun Kerajaan Mataram.

Dinamakan Between Two Gates (antara dua gerbang) karena kedua ujung gang diapit oleh gerbang.

2 min, 160 m

Cokelat Monggo Kotagede

30 min

Rute selanjutnya adalah Cokelat Monggo.

Anda akan disuguhi cokelat dengan beragam pilihan rasa di dalam stoples-stoples kecil. Selain mencicipi cokelatnya, Anda juga bisa melihat langsung proses pembuatan Cokelat Monggo.

Jangan lupa membeli beberapa batang cokelat untuk dijadikan oleh-oleh keluarga di rumah.

7 min, 600 m

Pos Malang Kotagede

5 min

Menyusuri gang-gang sempit Kotagede membawa Anda ke bagian belakang Makam Kotagede dan tembus menuju Gang Soka di desa Jagalan.

Anda akan melihat Pos Malang, sebuah pos keamanan yang dibangun melintang di tengah jalan, antara Gang Soka dan Gang Tumenggungan.

Sekitar tahun 1900-an, seorang petugas keamanan setempat berjaga di depan pos tersebut sebagai pintu masuk ke rumah Ndalem Tumenggung Mertalaya.

Kini Pos Malang hanya digunakan sebagai tempat beristirahat terutama untuk Anda yang lelah berjalan menyusuri gang-gang sempit Kotagede.

1 min, 91 m

Omah UGM Kotagede

30 min

Bekas rumah warga Kotagede milik keluarga Bapak Parto Darsono yang rubuh akibat gempa Jogja 27 Mei 2006. Rumah tersebut dibeli dan dibangun kembali oleh UGM, dan kini dijadikan sebagai Pusat Pergerakan Pelestarian. Masyarakat menggunakan Omah UGM sebagai tempat kegiatan di bidang pelestarian pusaka.

3 min, 210 m

Langgar Dhuwur Jagalan Kotagede

10 min

Berjalan 130 meter ke utara, Anda akan bertemu dengan Langgar Dhuwur. Sebuah mushola keluarga yang dibangun di loteng atas beberapa rumah warga Kotagede.

Saat dibangun tahun 1911 dulu, letak langgar-langgar dhuwur melingkar mengelilingi Kraton Mataram Kotagede, sehingga disebut masjid pathok negara Keraton Yogyakarta.

Namun kini hanya tersisa 2 langgar saja. Satu milik keluarga A. Charis Zubair di Boharen, timur pasar Kotagede, dan satu lagi milik Alm. Dalhar Anwar di Gang Soka Jagalan ini.

1 min, 33 m

Rumah Rudi Pesik Kotagede

10 min

Persis di samping utara Langgar Dhuwur, Anda akan melihat bangunan antik nan kokoh berwarna hijau terang. Bangunan tersebut merupakan Rumah Kalang, rumah para 'Wong Kalang’ atau orang Jawa namun mempunyai budaya berbeda dengan orang Jawa pada umumnya.

Wong Kalang berprofesi sebagai pedagang atau tukang dan kebanyakan dari mereka sangat kaya. Saking kaya-rayanya, Wong Kalang dapat membangun rumah-rumah bak istana abad ke-20.

Rumah Wong Kalang ini sekarang dimiliki oleh Pak Rudi Pesik, setelah dibeli tahun 2000 lalu. Ada coffee shop yang menyimpan barang-barang etnik di dalamnya.

1 min, 100 m

Kios Kipo Bu Djito Kotagede

10 min

Keluar dari Gang Soka, Anda akan berjumpa dengan Jalan Raya Mondorakan. Tepat di seberang Gang Soka ini, Anda akan melihat kios penjual 'Kipo’, jajanan tradisional khas Kotagede.

Kipo merupakan camilan mungil yang terbuat dari tepung ketan dan diisi dengan enten-enten atau parutan kelapa yang dimasak dengan gula jawa.

Satu bungkus Kipo dibanderol seharga Rp2.500 saja.

Kipo hampir sulit ditemukan, namun di Jalan Mondorakan ini ada 2 toko penjual kipo yang masih bertahan, Kios Kipo Bu Djito dan Toko Kipo Bu Amanah. Keduanya sama-sama terkenal.

Kipo Bu Djito lebih cepat habis karena buka dari jam 5 pagi. Sedangkan Kipo Bu Amanah buka dari jam 08:00 pagi.

2 min, 190 m

Omah Dhuwur Restaurant Kotagede

15 min

Omah Dhuwur Restaurant menjadi titik terakhir perjalanan Anda.

Nama Omah Dhuwur memiliki arti Rumah Tinggi. Eksteriornya begitu artistik. Anda bisa foto-foto di depannya sambil menunggu grabcar Anda datang. Omah Dhuwur mudah terlihat dari pinggir jalan.

Menikmati hidangannya juga asyik, ada masakan Western dan juga Indonesia. Atau hanya sekedar beristirahat minum teh pun layak dicoba. Omah Dhuwur punya beberapa minuman tradisional seperti Wedang Lombok dan juga Es Kapulogo.

Interior restoran dan area tamannya tidak kalah cantik dengan bangunannya. Menarik sekali. Ingin melihat detail keindahan Omah Dhuwur, Anda bisa membuka halaman berikut :

Sekali-sekali jalan kaki menyusuri kota kuno Kotagede juga sangat asyik bukan? Daerahnya begitu aman serta santai. Keramahan dan kehangatan warga Kotagede yang mana adalah orang Jawa asli, bisa Anda kenal lebih dekat dengan berjalan kaki menyusuri gang sempitnya.